Kamis, 05 Agustus 2010

Serdadu hujan.

It's all about finding answer from our questions.
That we can found it only when we trust. It's trusting, hunting and decide it.  




"See, saya megangin payung ini buat kamu"

"..."

"Segimana pun kamu membalikkan badan kamu kerena mau melupakan saya, payung ini tetap meneduhkan kamu.
Gacukup hanya dengan berbalik badan, sayang. Kamu harus berbalik dan berjalan pergi dari payung ini dan menerjang banyaknya serdadu hujan yang bakal menyerang kamu ketika kamu berjalan pergi dari payung ini."

"..."

"..."

"Bukannya kamu yang pergi bawa payung saya?"

"Hah?"

"Meninggalkan saya sendiri di tengah hujan.
Kamu tau, saya ga bisa ninggalin orang yang saya sayang. Dan saya masih sayang kamu."

"Na?"

"Kamu yang pergi bawa payung saya!" (menangis). Dan saya gapunya payung lagi sekarang!
Jadi kalau kamu pikir saya yang pergi dari kamu, itu salah!
Itu cuma karena kamu gatau harus gimana, kamu ngerasa bersalah, sama saya. Dan mencoba berpikir balik buat nyerang saya.
Saya diserang sama kamu! Bukan hujan!"

"Maksud kamu apa, Na?"

"Kamu bawa pergi semua harapan saya, sampai saya gabisa lagi ngeliat harapan itu. Kamu bawa payung itu pergi sama kamu. Ninggalin saya dengan jutaan pertanyaan yang gapernah terjawab karena cuma kamu yang bisa ngejawab.
Kamu bawa payung itu pergi.
Kamu lupa ngembaliin lagi ke saya.
Kamu lupa udah bawa payung saya, saya cuma..."

"Saya simpan payungnya di dalam vas!"

"Eh?"

"Setiap saya pulang, saya lihat payung itu.
Tapi saya gatau harus gimana.
Gapernah hujan lagi."

"Eh?"

... ... ... 


  • Helnaria Fermi Pandelisman Serdadu hujan.
    2 minutes ago · Privacy: ·  · 


    Dan ini adalah potongan-potongan dari epict Serdadu hujan, yang judulnya saya buat sekitar 5 tahun yang lalu. Sebenarnya saat saya lulus SMA, petikan novel ini hampir selesai dengan 7 babak dalam ceritanya. Tapi yang pertama itu hilang, terhapus oleh virus di komputer dan saya gasempat memback-up!
    Yang kedua, saya ulang lagi - dengan penuh kekesalan - saat di bangku kuliah. Dan yang ini juga hilang bersama laptop saya yang dicuri! Dan yang ini adalah babak ke tiga dari serdadu hujan. Untung saya saya nemu potongan2 buku dimana saya dulu nulis serdadu hujn itu secara manual. Yahhh walopun gak semuanya! Seengganya saya dapatkan inti dari setiap babaknya (subtitle), dan intisarinya yang saya sebut dengan rintik-rintik hujan. Loh?
    Iya, Insyaallah dalam novel ini saya akan tetap membuatnya menjadi 7 babak diantaranya sudah saya post 'rintik-rintik'nya seperti Beautiful Disaster, Blood district dan Logaritma akar. Sisa babak dan rinti-rintik hujan yang belum saya buat ulang dan saya post adalah Piringan Hitam, Rendezvous, The boy in the next heart, dan babak finalnya Serdadu hujan!

    Bismillahirrohmanirrohim,
    semoga setiap harinya saya bisa nulis, barang 1 kalimat aja (biar ga tumpul). Jadi inget pesennya mbak Primadona Angela, yang ngarang Boylicious! Dulu pas saya 3 SMA dan ikut latihan penulisan novel di ITB, Bandung, mbak donna dan suaminya yang juga penulis itu memberi kami nasehat bahwa "jangan sampai dalam sehari saja kamu tidak menulis. Menulislah walau cuma 1 kalimat!" Wah, terimakasih mbak Dona, nasehatmu selalu terngiang di otak saya!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar