I. Morfologi Dan Fisiografi
Secara fisiografi, Pulau Bangka termasuk kedalam Sunda Land dan merupakan bagian terangkat dan paneplain Sunda Land. Bila ditinjau dari sudut geologi penyebaran bijih timah di Indonesia masih merupakan kelanjutan dari Granit Belt yang berumur Yura–Kapur yang membentang mulai Birma, Muangthai, Malaysia, Kepulauan Riau (Pulau Singkep, Pulau Karimun dan Pulau Kundur), Pulau Bangka dan Pulau Belitung hingga Pulau Karimata.
“Granite Belt” sendiri merupakan deretan formasi batuan granit kaya akan mineral kasiterit yang akan kemudian dikenal dengan sebutan “The Tin Belt” (gambar 3.1).
“Granite Belt” sendiri merupakan deretan formasi batuan granit kaya akan mineral kasiterit yang akan kemudian dikenal dengan sebutan “The Tin Belt” (gambar 3.1).
(Gambar menyusul)
Pulau-pulau dari The Tin Belt diinterpretasikan merupakan sisa bagian resisten dari gunung yang muncul pada masa terbentuknya Sunda Shelf. Pupili (1973) menyatakan bahwa Malaysia, Kepulauan Riau, dan Bangka berada dalam kelompok elemen tektonik yang sama. Evolusi tektonik di wilayah ini telah dimulai sejak Paleozoikum Bawah dimana berdasarkan Teori Tektonik Lempeng bahwa daerah penunjaman (subduction zone) berada di bagian timur Malaysia dan pada Mesozoikum Bawah-Tengah menghasilkan busur gunung api (magmatic arc) dalam bentuk deretan pulau Kundur, Pulau Singkep, Pulau Bangka, Pulau Belitung dan sebagainya dari Kalimantan Barat (gambar 3.2).
(Gambar menyusul)
Pulau Bangka merupakan daerah dengan stadia erosi tingkat lanjut, hal ini dicirikan dengan keadaan yang umumnya relatif datar dan adanya bukit-bukit sisa erosi (monadrock).
Bukit-bukit sisa erosi tersebut tersusun atas batuan beku granit yang umumnya menempati bagian tepi P. Bangka
a. Dibagian utara : Granit Klabat, yang berorientasi barat timur melewati teluk Klabat. Granit yang ada disekitarnya terdiri atas granit Pelangas, granit Menumbing, granit Mangkol.
b. Di bagian Selatan : tersusun atas pluton yang lebih kecil yaitu Pluton, Koba, Pluton Bebuluh, Pluton Permis, dan granit Toboali, serta pluton yang lain yang terletak diantaranya.
Daerah dataran menempati + 80 % luas seluruh daerah. Daerah inilah merupakan tempat endapan alluvial yang mengandung konsentrasi bijih timah. Umumnya sungai-sungai yang ada mengalir di atas endapan-endapan muda (Plistosen/Pliosen) kecuali pada hulu-hulu sungai /dekat pada daerah perbukitan.
II. Stratigrafi
Bukit-bukit sisa erosi tersebut tersusun atas batuan beku granit yang umumnya menempati bagian tepi P. Bangka
a. Dibagian utara : Granit Klabat, yang berorientasi barat timur melewati teluk Klabat. Granit yang ada disekitarnya terdiri atas granit Pelangas, granit Menumbing, granit Mangkol.
b. Di bagian Selatan : tersusun atas pluton yang lebih kecil yaitu Pluton, Koba, Pluton Bebuluh, Pluton Permis, dan granit Toboali, serta pluton yang lain yang terletak diantaranya.
Daerah dataran menempati + 80 % luas seluruh daerah. Daerah inilah merupakan tempat endapan alluvial yang mengandung konsentrasi bijih timah. Umumnya sungai-sungai yang ada mengalir di atas endapan-endapan muda (Plistosen/Pliosen) kecuali pada hulu-hulu sungai /dekat pada daerah perbukitan.
II. Stratigrafi
Menurut Katili (1967) batuan-batuan yang dijumpai di Pulau Bangka terdiri atas batuan Pra-Tersier diantaranya, batupasir, batulempung, lapisan-lapisan pasir, lempung mengandung sisa tanaman, campuran antara lempung-pasir-lanau. Kemudian granit dan batuan metamorf seperti sekis.
Berikut formasi yang merupakan penyusun stratigrafi daerah Pulau Bangka (gambar 3.3) :
1. Qa (Aluvium) : lumpur, lempung, pasir, kerikil, dan kerakal yang terdapat sebagai endapan sungai, rawa dan pantai
2. Qs (Endapan rawa) : lumpur, lanau dan pasir
3. Qak (Pasir kuarsa) : pasir kuarsa berwarna putih, berbutir kasar-sedang, lepas, membundar tanggung-membundar, tersingkap disepanjang pantai timur Pulau Sumatera di sekitar Tanjung Jati
4. TQr (Formasi Ranggam) : Perselingan batupasir, batulempung dan konglomerat. Batupasir putih kotor, berbutir halus-kasar, menyudut-membundar tanggung, mudah diremas, berlapis baik, struktur sedimen pada batupasir silang siur. Setemat ditemukan lensa-lensa timah dengan tebal 0,5 m dan mengandung pasir timah sekunder yang tercampur dengan batupasir kuarsa. Batulempung mengandung sisa-sisa tumbuhan dan lensa gambut. Konglomerat, komponen terdiri dari pecahan granit, kuarsa dan batuan malihan. Di desa Nibung ditemukan fosil Vertebrata (? Stegodon) terdapat dalam konglomerat. Dalam batupasir ditemukan fosil moluska terdiri dari Olivia iricinela Mart, Cyproea sonderava Mart, Arca cornea Roeva, Topes mimosa Phil, dan Venus squanosa Lam, sedangkan fosil foraminifera bentos antara lain Amonia sp., Triloculina sp. Berdasarkan fosil-fosil tersebut Formasi Ranggam diduga berumur Miosen Akhir-Plistosen Awal dan terendapkan di lingkungan fluvial. Tebal formasi ini kira-kira 150 m (Cobbing, 1984) dan menindih secara tidak selaras diatas formasi-formasi yang lebih tua dibawahnya. Lokasi tipenya di Ranggam, sebelah timur Mentok.
5. Granit Klabat (Rjkg) : Granit biotit, granodiorit dan granit genesan. Granit biotit, kelabu, tekstur porfiritik dengan butiran kristal berukuran sedang-kasar, fenokris feldspar panjangnya mencapai 4 cm dan memperlihatkan struktur foliasi. Granodiorit, putih kotor, berbintik hitam. Granit genesan, kelabu, berstruktur perdaunan. Nama satuan ini berasal dari lokasi tipenya di Teluk Klabat, Bangka Utara. Pentarikhan dari 5 contoh granit berdasarkan metoda K-Ar dan Rb-Sr masing-masing menunjukan umur 201 + jt (Graha, 1990) dan 213 + 4,217 + 15,225 + 9 dan 223 + 16 (Cobbing, 1992). Berdasarkan pemeriaan tersebut umur batuan granit ini Trias Akhir-Jura Awal dan menerobos Formasi Tanjung Genting dan Kompleks Malihan Pemali.
6. Formasi Tanjung Genting (Rt) : Perselingan batupasir dan batulempung. Batupasir, kelabu kecoklatan, berbutir halus-sedang, terpilah baik, keras, tebal lapisan 2-60 cm dengan struktur sedimen silangsiur dan laminasi bergelombang, setempat ditemukan lensa batugamping setebal 1,5 m. Batulempung kelabu kecoklatan, berlapis baik dengan tebal 15 m, setempat dijumpai lensa batupasir halus. Dalam lensa batugamping, Osberger menemukan fosil Montlivaultia molukkana, Entrochous sp., dan Encrinus sp., yang menunjukan umur Trias. Berdasarkan fosil-fosil tersebut Formasi Tanjung Genting diduga berumur Trias Awal dan terendapkan di lingkungan laut dangkal. Kontak dengan granit ditemukan di utara Lembar. Formasi Tanjung Genting tidak selaras di atas batuan malihan.
7. Kompleks Malihan Pemali (CPp) : Filit, sekis, kuarsit. Filit, kelabu kecoklatan, struktur mendaun dan berurat kuarsa. Sekis, kelabu kehijauan, struktur mendaun, terkekarkan, setempat rekahannya terisi kuarsa atau oksida besi, berselingan dengan kuarsit. Kuarsit, putih kotor, kecoklatan, keras tersusun oleh kuarsa dan feldspar, halus-sedang, perlapisannya mencapai tebal 1 cm. Umur satuan ini tidak diketahui dengan pasti tetapi kedudukannya ditindih tidak selaras oleh Formasi Tanjung Genting maka umurnya diduga Perm atau Karbon (Cissar dan Baum dalam Osberger, 1965).
Batuan beku pembawa timah adalah granit yang berhubungan dengan magma asam. Menurut Katili (1967) di Pulau Bangka terdapat 2 generasi granit. Granit yang tua tidak mengandung kasiterit dan umumnya terdapat di daerah rendah, yakni granit Klabat dan A. Kapo.
Granit generasi muda sebagai pembawa timah umunya telah tererosi lanjut (monadnock).
Menurut Suyitno (1981), generasi granit tersebut adalah :
1. Granit Klabat-Jebus, terletak di utara.
2. Granit Belinyu-Sungailiat, menyebar di bagian timur granit Jebus.
3. Granit Menumbing
4. Granit Tempilang
5. Granit Mangkol
6. Granit Pading-Koba
7. Granit Toboali
Granit yang terpenting dalah garanit Klabat, Menumbing, Plangas, Tempilang, Mangkol, dan Pading. Umumnya tubuh granit tersebut tersusun atas granit biotit, granit hornblende, granit muskovit, mineral yang umum terdiri atas kwarsa, ortoklas, aligoklas, biotit, serta sebagai asesoris zircon, apatit dan ortit.
Ada empat kelompok endapan yang dianggap mewakili sedimentasi Quarter di Pulau Bangka, antara lain :
1. Lapisan Alluvium Muda, umumnya mengandung biji timah, terdapat di lembah, diatas batuan Pra tersier dan dialasi lapisan lempung liat.
2. Lapisan Marine Muda, menutupi lapisan alluvium muda, berupa pasir hingga lempung.
3. Lapisan Alluvium Tua, mewakili keadaan daratan yang meluas pada saat regresi muka air laut karena glasial.
4. Lapisan Marine Tua, merupakan bidang erosi dan dapat dikorelasikan dengan lapisan lempung liat.
1. Qa (Aluvium) : lumpur, lempung, pasir, kerikil, dan kerakal yang terdapat sebagai endapan sungai, rawa dan pantai
2. Qs (Endapan rawa) : lumpur, lanau dan pasir
3. Qak (Pasir kuarsa) : pasir kuarsa berwarna putih, berbutir kasar-sedang, lepas, membundar tanggung-membundar, tersingkap disepanjang pantai timur Pulau Sumatera di sekitar Tanjung Jati
4. TQr (Formasi Ranggam) : Perselingan batupasir, batulempung dan konglomerat. Batupasir putih kotor, berbutir halus-kasar, menyudut-membundar tanggung, mudah diremas, berlapis baik, struktur sedimen pada batupasir silang siur. Setemat ditemukan lensa-lensa timah dengan tebal 0,5 m dan mengandung pasir timah sekunder yang tercampur dengan batupasir kuarsa. Batulempung mengandung sisa-sisa tumbuhan dan lensa gambut. Konglomerat, komponen terdiri dari pecahan granit, kuarsa dan batuan malihan. Di desa Nibung ditemukan fosil Vertebrata (? Stegodon) terdapat dalam konglomerat. Dalam batupasir ditemukan fosil moluska terdiri dari Olivia iricinela Mart, Cyproea sonderava Mart, Arca cornea Roeva, Topes mimosa Phil, dan Venus squanosa Lam, sedangkan fosil foraminifera bentos antara lain Amonia sp., Triloculina sp. Berdasarkan fosil-fosil tersebut Formasi Ranggam diduga berumur Miosen Akhir-Plistosen Awal dan terendapkan di lingkungan fluvial. Tebal formasi ini kira-kira 150 m (Cobbing, 1984) dan menindih secara tidak selaras diatas formasi-formasi yang lebih tua dibawahnya. Lokasi tipenya di Ranggam, sebelah timur Mentok.
5. Granit Klabat (Rjkg) : Granit biotit, granodiorit dan granit genesan. Granit biotit, kelabu, tekstur porfiritik dengan butiran kristal berukuran sedang-kasar, fenokris feldspar panjangnya mencapai 4 cm dan memperlihatkan struktur foliasi. Granodiorit, putih kotor, berbintik hitam. Granit genesan, kelabu, berstruktur perdaunan. Nama satuan ini berasal dari lokasi tipenya di Teluk Klabat, Bangka Utara. Pentarikhan dari 5 contoh granit berdasarkan metoda K-Ar dan Rb-Sr masing-masing menunjukan umur 201 + jt (Graha, 1990) dan 213 + 4,217 + 15,225 + 9 dan 223 + 16 (Cobbing, 1992). Berdasarkan pemeriaan tersebut umur batuan granit ini Trias Akhir-Jura Awal dan menerobos Formasi Tanjung Genting dan Kompleks Malihan Pemali.
6. Formasi Tanjung Genting (Rt) : Perselingan batupasir dan batulempung. Batupasir, kelabu kecoklatan, berbutir halus-sedang, terpilah baik, keras, tebal lapisan 2-60 cm dengan struktur sedimen silangsiur dan laminasi bergelombang, setempat ditemukan lensa batugamping setebal 1,5 m. Batulempung kelabu kecoklatan, berlapis baik dengan tebal 15 m, setempat dijumpai lensa batupasir halus. Dalam lensa batugamping, Osberger menemukan fosil Montlivaultia molukkana, Entrochous sp., dan Encrinus sp., yang menunjukan umur Trias. Berdasarkan fosil-fosil tersebut Formasi Tanjung Genting diduga berumur Trias Awal dan terendapkan di lingkungan laut dangkal. Kontak dengan granit ditemukan di utara Lembar. Formasi Tanjung Genting tidak selaras di atas batuan malihan.
7. Kompleks Malihan Pemali (CPp) : Filit, sekis, kuarsit. Filit, kelabu kecoklatan, struktur mendaun dan berurat kuarsa. Sekis, kelabu kehijauan, struktur mendaun, terkekarkan, setempat rekahannya terisi kuarsa atau oksida besi, berselingan dengan kuarsit. Kuarsit, putih kotor, kecoklatan, keras tersusun oleh kuarsa dan feldspar, halus-sedang, perlapisannya mencapai tebal 1 cm. Umur satuan ini tidak diketahui dengan pasti tetapi kedudukannya ditindih tidak selaras oleh Formasi Tanjung Genting maka umurnya diduga Perm atau Karbon (Cissar dan Baum dalam Osberger, 1965).
Batuan beku pembawa timah adalah granit yang berhubungan dengan magma asam. Menurut Katili (1967) di Pulau Bangka terdapat 2 generasi granit. Granit yang tua tidak mengandung kasiterit dan umumnya terdapat di daerah rendah, yakni granit Klabat dan A. Kapo.
Granit generasi muda sebagai pembawa timah umunya telah tererosi lanjut (monadnock).
Menurut Suyitno (1981), generasi granit tersebut adalah :
1. Granit Klabat-Jebus, terletak di utara.
2. Granit Belinyu-Sungailiat, menyebar di bagian timur granit Jebus.
3. Granit Menumbing
4. Granit Tempilang
5. Granit Mangkol
6. Granit Pading-Koba
7. Granit Toboali
Granit yang terpenting dalah garanit Klabat, Menumbing, Plangas, Tempilang, Mangkol, dan Pading. Umumnya tubuh granit tersebut tersusun atas granit biotit, granit hornblende, granit muskovit, mineral yang umum terdiri atas kwarsa, ortoklas, aligoklas, biotit, serta sebagai asesoris zircon, apatit dan ortit.
Ada empat kelompok endapan yang dianggap mewakili sedimentasi Quarter di Pulau Bangka, antara lain :
1. Lapisan Alluvium Muda, umumnya mengandung biji timah, terdapat di lembah, diatas batuan Pra tersier dan dialasi lapisan lempung liat.
2. Lapisan Marine Muda, menutupi lapisan alluvium muda, berupa pasir hingga lempung.
3. Lapisan Alluvium Tua, mewakili keadaan daratan yang meluas pada saat regresi muka air laut karena glasial.
4. Lapisan Marine Tua, merupakan bidang erosi dan dapat dikorelasikan dengan lapisan lempung liat.
Granit di Pulau Bangka terdiri dari berbagai jenis yang terbagi menjadi beberapa formasi, yakni Formasi Granit Klabat, Menumbing, Tempilang, Mangkol, Permis, Toboali, dan Sebuluh. Untuk penyebaran dari jenis granit tersebut diperlihatkan pada gambar 3.7
(Gambar menyusul)
Endapan timah di Pulau Bangka umunya merupakan endapan placer yakni endapan sekunder yang berasal dari timah primer yang kemudian tertransportasi oleh media air, proses kimiawi, gravitasi, iklim tropis, dan perubahan muka air laut serta tektonik. Timah dapat membentuk endapan karena mempunyai berat jenis (bj) dan kekerasan yang tinggi sehingga tidak mudah pecah. Timah sendiri merupakan mineral yang tidak mudah larut dalam larutan asam ataupun basa.
Sedangkan karakteristik endapan timah sekunder adalah :
a. Terendapkan diatas kong (batuan dasar)
b. Kaksa ditemukan pada lembah sempit dan tertekan yang berasosiasi dengan boulder sebagai tempat sebagai tempat terjebaknyanendapan timah placer.
c. Berasosiasi dengan Zircon (ZrSiO4), Monazite (Fe2O3), Magnetite, Kuarsa(SiO2), Ilmenite (FeTiO3), Garnet, Emas (Au) dan Platina (Pt)
d. Mempunyai bentuk butir angular (bila dekat dengan sumber)
e. Umumnya di daerah sungai cukup jauh dari batuan sumber
f. Bila ukuran butir >48 # menunjukkan masih dekat dengan sumber.
Endapan timah sekunder terbentuk akibat proses pelapukan dari endapan primer selama rentang waktu tertentu yang kemudian mengalami pencucian dan pengkayaan hingga pada akhirnya mengalami transportasi oleh air dan terendapkan pada morfologi yang lebih rendah sebagai akumulasi.
Jenis cebakan bijih sekunder di Pulau Bangka, yakni :
1. Endapan Kulit
Elluvium, terjadi akibat pelapukan pada sumber diikuti pemindahan mineral kasiterit secara vertikal sehingga mengalami transportasi kemudian tertransport pada lereng yang relatif landai. Colluvium, terjadi sama dengan elluvium, namun sepanjang tertransport lebih jauh lereng menuju lembah.
2. Endapan Kaksa, terjadi karena proses erosi selektif terhadap elluvium dan colluvium, dimana mineral berat diendapkan dekat sumber dan mineral ringan diendapkan jauh dari sumber. Endapan ini terletak di atas batuan Pra Tersier dengan keterdapatan dominan pada lembah.
3. Endapan Meichan, terjadi akibat proses transportasi endapan sedimen, berupa endapan lebih tipis dan tidak terdapat di atas batuan Pra Tersier.
Diantara endapan-endapan tersebut di atas yang terpenting adalah endapan kaksa yang ditemukan di atas batuan dasar. Sedangkan jenis-jenis batuan dasar yang sering dijumpai antara lain :
a. Batuan Dasar Granit Lapuk
Batuan ini berwarna kekuningan dengan butir-butir mineral kuarsa berwarna putih susu atau berwarna coklat terang, mineral biotit berwarna hitam gelap.
b. Batuan Dasar Batulempung
Batuan ini berwarna coklat kemerahan bergaris urat-urat mineral feldspar dan kuarsa
c. Batuan Dasar Batupasir
Batuan ini berwarna abu-abu gelap kompak, butiran kuarsa bertebaran dengan diselingin urat-urat feldspar.
d. Batuan Dasar Malihan
Biasanya berwarna abu-abu muda sampai abu-abu gelap. Sering terlihat lembaran-lembaran mika yang halus dan berwarna putih mengkilat.
III. Struktur Geologi
Sedangkan karakteristik endapan timah sekunder adalah :
a. Terendapkan diatas kong (batuan dasar)
b. Kaksa ditemukan pada lembah sempit dan tertekan yang berasosiasi dengan boulder sebagai tempat sebagai tempat terjebaknyanendapan timah placer.
c. Berasosiasi dengan Zircon (ZrSiO4), Monazite (Fe2O3), Magnetite, Kuarsa(SiO2), Ilmenite (FeTiO3), Garnet, Emas (Au) dan Platina (Pt)
d. Mempunyai bentuk butir angular (bila dekat dengan sumber)
e. Umumnya di daerah sungai cukup jauh dari batuan sumber
f. Bila ukuran butir >48 # menunjukkan masih dekat dengan sumber.
Endapan timah sekunder terbentuk akibat proses pelapukan dari endapan primer selama rentang waktu tertentu yang kemudian mengalami pencucian dan pengkayaan hingga pada akhirnya mengalami transportasi oleh air dan terendapkan pada morfologi yang lebih rendah sebagai akumulasi.
Jenis cebakan bijih sekunder di Pulau Bangka, yakni :
1. Endapan Kulit
Elluvium, terjadi akibat pelapukan pada sumber diikuti pemindahan mineral kasiterit secara vertikal sehingga mengalami transportasi kemudian tertransport pada lereng yang relatif landai. Colluvium, terjadi sama dengan elluvium, namun sepanjang tertransport lebih jauh lereng menuju lembah.
2. Endapan Kaksa, terjadi karena proses erosi selektif terhadap elluvium dan colluvium, dimana mineral berat diendapkan dekat sumber dan mineral ringan diendapkan jauh dari sumber. Endapan ini terletak di atas batuan Pra Tersier dengan keterdapatan dominan pada lembah.
3. Endapan Meichan, terjadi akibat proses transportasi endapan sedimen, berupa endapan lebih tipis dan tidak terdapat di atas batuan Pra Tersier.
Diantara endapan-endapan tersebut di atas yang terpenting adalah endapan kaksa yang ditemukan di atas batuan dasar. Sedangkan jenis-jenis batuan dasar yang sering dijumpai antara lain :
a. Batuan Dasar Granit Lapuk
Batuan ini berwarna kekuningan dengan butir-butir mineral kuarsa berwarna putih susu atau berwarna coklat terang, mineral biotit berwarna hitam gelap.
b. Batuan Dasar Batulempung
Batuan ini berwarna coklat kemerahan bergaris urat-urat mineral feldspar dan kuarsa
c. Batuan Dasar Batupasir
Batuan ini berwarna abu-abu gelap kompak, butiran kuarsa bertebaran dengan diselingin urat-urat feldspar.
d. Batuan Dasar Malihan
Biasanya berwarna abu-abu muda sampai abu-abu gelap. Sering terlihat lembaran-lembaran mika yang halus dan berwarna putih mengkilat.
III. Struktur Geologi
Menurut Katili (1968), menjelaskan bahwa pada batuan metamorf dan sedimen di Bangka Utara terdapat adanya perlipatan silang akibat dua buah deformasi. Deformasi pertama mengakibatkan lipatan dengan arah baratlaut-tenggara, umurnya sulit ditentukan dengan pasti.
Struktur lipatan berarah timurlaut-baratdaya (orogen II) disebabkan oleh deformasi pada Yura atas. Orogen yang kedua ini menghilangkan jejak orogen yang lebih tua. Struktur lipatan ini kemungkinan merupakan hasil tumbukan lempeng yang ada pada barat sumatera karena wilayah Bangka relatif stabil atau tidak terlalu terganggu oleh pergerakan tektonik karena posisinya yang berada di back volcanic arc seperti terlihat pada gambar 3.8.
(Gambar menyusul)
Struktur lipatan berarah timurlaut-baratdaya (orogen II) disebabkan oleh deformasi pada Yura atas. Orogen yang kedua ini menghilangkan jejak orogen yang lebih tua. Struktur lipatan ini kemungkinan merupakan hasil tumbukan lempeng yang ada pada barat sumatera karena wilayah Bangka relatif stabil atau tidak terlalu terganggu oleh pergerakan tektonik karena posisinya yang berada di back volcanic arc seperti terlihat pada gambar 3.8.
(Gambar menyusul)
Menurut Sukendar Asikin dan Rubini Atmaja (1972), berdasarkan penelitian dan analisa kedudukan rekaran-rekahan, urat-urat, dan korok-korok di daerah sambung giri dan pemali menyimpulkan bahwa gerak-gerak orogen sebelum Yura atas mengakibatkan terjadinya deformasi yang menyebabkan perlipatan pada batuan sedimen yang berumur Karbon-Trias. Deformasi ini selain membentuk lipatan NW-SE juga menyebabkan terjadinya rekahan-rekahan (shear dan tension fracture)
Struktur sesar, kekar, ditemukan dalam arah yang bervariasi, tetapi kecenderungannya mempunyai arah selatan (Katili, 1967). Ukoko (1983) mengatakan di Pulau Bangka terdapat beberapa sesar yang umumnya berarah timurlaut-baratdaya sampai utara-selatan. Sesar utama berarah N 300 E memotong granit klabat ke selatan sepanjang 3 km. Sesar utama ini dalam foto udara tampak sebagai kelurusan sepanjang 50 km.
IV. Sejarah Geologi
Struktur sesar, kekar, ditemukan dalam arah yang bervariasi, tetapi kecenderungannya mempunyai arah selatan (Katili, 1967). Ukoko (1983) mengatakan di Pulau Bangka terdapat beberapa sesar yang umumnya berarah timurlaut-baratdaya sampai utara-selatan. Sesar utama berarah N 300 E memotong granit klabat ke selatan sepanjang 3 km. Sesar utama ini dalam foto udara tampak sebagai kelurusan sepanjang 50 km.
IV. Sejarah Geologi
Pada zaman Paleozoikum P.Bangka dan laut di sekitarnya merupakan daratan (gambar 3.9 A). Selanjutnya pada zaman Karbon – Trias berubah menjadi laut dangkal. Orogenesa kedua terjadi pada masa Mesozoikum, Pulau Bangka dan Riau muncul ke permukaan. Intrusi granit menerobos batuan sedimen sperti batupasir, batulempung, dan lainnya pada Trias – Yura atas. Pada batas antara sedimen dan granit terjadi metamorfosa kontak. Bersamaan intrusi granit ini terjadi proses pneumotolitik yang menghasilkan kasiterit. Proses ini dengan proses hidrotermal yang menhasilkan kasiterit yang mengisi rekahan-rekahan pada granit. Erosi intensif pada Kenozoikum diman lapisan yang menutupi granit terkikis habis sehingga batuna granit tersingkap.
Selanjutnya diikuti oleh proses pelapukan, transportasi dan pengendapan di lembah-lembah. Suasana daratan Bangka berlanjut sampai Tersier. Pencairan es pada kala Pleistosen mengakibatkan beberapa daerah di Bangka menjadi laut dangkal seperti sekarang ini. Erosi berlanjut membentuk P. Bangka menjadi daratan seperti sekarang ini (gambar 3.9 B).
(Gambar menyusul)
Selanjutnya diikuti oleh proses pelapukan, transportasi dan pengendapan di lembah-lembah. Suasana daratan Bangka berlanjut sampai Tersier. Pencairan es pada kala Pleistosen mengakibatkan beberapa daerah di Bangka menjadi laut dangkal seperti sekarang ini. Erosi berlanjut membentuk P. Bangka menjadi daratan seperti sekarang ini (gambar 3.9 B).
(Gambar menyusul)
Pulau Bangka yang dahulunya merupakan bagian dari Sunda Land memiliki beberapa fase sedimentasi. Ada 3 fase sedimentasi fluviatile pada Sunda Land (gambar 3.10), yaitu :
1. Late Miocene – Early Pliocene, saat itu sea level sangat rendah, iklim semi arid dengan curah hujan rendah. Dengan stabilnya Sunda Land terjadi laterisasi yang dalam pada Sunda Peneplain.
2. Late Pliocene – Middle Pleistocene terjadi peningkatan hujan yang menyebabkan terbawanya material erosi regolith tersebut ke lembah-lembah dan kemudian reworking dan diendapkan lagi menjadi ekonomis.
3. Late Pleistocene – Holocene
Selanjutnya sedimen dan heavy mineral ditransportasikan dan diendapkan sebagai paleo-channel dan sebagian terdapat dibawah permukaan laut.
(Gambar menyusul)
1. Late Miocene – Early Pliocene, saat itu sea level sangat rendah, iklim semi arid dengan curah hujan rendah. Dengan stabilnya Sunda Land terjadi laterisasi yang dalam pada Sunda Peneplain.
2. Late Pliocene – Middle Pleistocene terjadi peningkatan hujan yang menyebabkan terbawanya material erosi regolith tersebut ke lembah-lembah dan kemudian reworking dan diendapkan lagi menjadi ekonomis.
3. Late Pleistocene – Holocene
Selanjutnya sedimen dan heavy mineral ditransportasikan dan diendapkan sebagai paleo-channel dan sebagian terdapat dibawah permukaan laut.
(Gambar menyusul)
Ps: Terimakasiih buat mas Tian, Tian Hakim Geologi Undip'06 yang udah bantuuin saya banget buat tugas tektonika ini. Semoga mas Tian cepet lulus dan dapet kerja yang bagus, cepet nikah dan sehat selalu.
Hormat seniorr! Hehehee
Tidak ada komentar:
Posting Komentar