Minggu, 12 Desember 2010

Rumah ini.

Biasanya aku akan marah dan melempar sesuatu. Kali ini aku diam.
Begitu marah atau entah aku kehabisan jatah marah setelah sekian kali aku marah-marah.

Aku mendapati kamu sangat asik bermain di halamanku. Memetik bungaku seenaknya dan membuang bungkus ice cream kosong di rumput hijau yang kutanam 3 tahun lamanya.
Aku bosan marah. Aku bosan memberi tahu bahwa hal ini dan itu penting buatku. Apakah kepentinganku tidak penting buatmu? Apakah yang penting bagiku mengganggumu?

Kadang aku ingin pergi jauh. Melihatmu dengan membalikkan badan, tapi selalu tidak jadi... Alasannya? Karena, kunci rumahku ada padamu. Bagaimana aku bisa pulang tanpa menghubungimu? Bagaimana mungkin? Aku tak punya cukup uang untuk pindah rumah. Aku tak punya cukup alasan untuk pindah. Rumah kita indah, kadang berantakan tapi selalu jadi tempat singgah kita saat jenuh dengan teman2 kita.
Tapi aku selalu merasa bersalah setelah itu, merasa tubuhku gemetar. Semua bergetar. Aku ingin bebas, menjadi diriku. Menjadi semua-apa saja-yang kumau. Tapi kamu, kamu tidak pernah menghalangiku, kamu hanya memberatkan langkahku, memperburuk suasana hatiku, menenggelamkanku dalam massa depan yang terus saja kubayangkan. Aku tak bisa bergerak bebas.

Aku ingin pergi..
Aku tak tau kemana,
Aku bertanya padamu,
Buat apa aku bertanya padamu?
Lihat, seperti inilah ketergantunganku akan kamu!
Aku harus pergi,
Aku belum tahu kemana, tapi aku harus
Apakah kita akan bertemu lagi?
Oooh. Aku pergi saja!
Mana kunciku?