Kamis, 18 Maret 2010

[ Jeda ]


Saya pernah berjanji akan mem’post cerita tentang cinta pertama saya. (Aduh jadi malu!) Dan cerita ini sesungguhnya berawal dari sesuatu yang sangat dekat. Tapi tidak sedekat itu, dan akan saya ceritakan benar2 dengan alur yang-sepetinya-acak2an.
Remember my past post titled “Then you show me an ‘I can’t explained’? Iya, dari situ… Dan sya berjanji pada seseorang untuk segera mengklarifikasi tentang post saya itu. Mungkin lebih tepatnya, saya akan bercerita dari sudut pandang saya sendiri, agar tidak terjadi salah paham, dan memudahkan dalam mencerna setiap babak dalam ceritanya. (Emang makanan dicerna?!)
Rendezvous.
“Duduk di sini ya?”
“Hmm.”
Sebelumnya dia engga pernah tau saya. Saya di kelas 1 dan 2 apa. Tapi di sana, bangku paling belakang kolom kedua, saya dan dia sama2 duduk satu meja. Dan saya begitu familiar dengan dia. Wakil Ketua OSIS, ketua Fibosa, apalagi yaa? Dan karena kita berdua sama2 telat masuk kelas-waktu pertama masuk, dia sakit dbd, dirawat, pas dia masuk, saya yang pergi ke Bangka, final lomba LKTI. Pas saya di Bangka ada sms masuk:
“Na, kamu mau pindah kelas ga? Ergy.”

Something in the way you look at me.
“Na, mau kemana abis ini?” Kata dwi.
“Pulang wi, tapi nunggu ergy dulu. Mau ngerjain tugas biologi. Tungguin di sini ya? Ena janjian sama ergy di sini.” (Pasar Seni ITB, 2007)
“Na, gasalah tuh ergy mau belajar bareng?”
-Dag dig dug dag dig dug…!-
Dengan angkot pink kita menuju rumah sya. Ongkos 5000 rupiah yang kamu bayarin buat saya!

Sebenarnya kamu ini siapa?
Iya, kamu membuat saya jatuh cinta bukan dalam hitungan hari. Tanpa saya rasa, saya menjadi terbiasa dengan ocehanmu di kelas, kelakuanmu yg seenak perut sendiri, sms2mu yang di akhir selalu bilang “met bobo ena” dan rasa khawatir saya ketika bel berbunyi, tas kamu belum ada di meja kita!
Sehari setelah kamu putus sama pacar kamu, giliran saya.
Dan saya semakin gila dengan keadaan ruangan belajar saya yang pindah ke ruang tamu. Dengan kamu. Kamu, kadang dengan-si Oces- bian.
Dan kamu tahu enggak! Kamu adalah cinta pertamaku, yang dewasa.
Sebagaimana saya berharap padamu, kini bagaimana saya menjauhkanmu dari pikiran hati saya.
Saya dan kamu. Jauh, berbeda. Dan nyata.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar