Minggu, 27 Februari 2011

Tuhan?

Aku sedang tidak ingin menulis malam ini. Aku ingin menangis, di bahu mu. Mengapa aku begitu lemah terhadapmu?
Tuhan, apakah aku bisa menangis di bahuMu?

Tuhan, aku menangis lagi untuk sesuatu yang seharusnya tidak kutangisi. Tuhan, aku menangisi dia, padahal aku jarang menangis ketika aku jauh dariMu...
Maafkan aku Tuhan. Tuhan, tadi setelah solat, aku berbaring di atas sajadahku, masih memakai mukena dan aku menyebut namaMu dengan hatiku. Tuhan, Kau begitu Mahabesar... Tuhan, aku rela merobek hatiku dan menanggalkannya untuk mereka. Tuhan, aku tau Kau tidak akan membiarkanku begitu, Kau tidak suka makhlukMu menzalimi oranglain, apalagi dirinya sendiri. Tuhan, apakah aku telah menzalimi orang lain? Atau aku menzalimi diriku? Tuhan, aku bahagia, kadang aku sedih, kadang aku merasa kesal, kadang aku meringis kesakitan. Tuhan, bukankah manusia Kau ciptakan dengan ribuan software rapuh yang bernama 'perasaan'? Tuhan, bukankah menurut ilmu yang kupelajari, dari jutaan software ringkih yang ada dalam tubuh dan pikiran kami, yang paling rapuh adalah cinta? Tuhan, bagaimana aku dapat menyelamatkannya sedangkan pikiranku saja ringkih karenanya? Tuhan, apakah cinta tidak perlu diselamatkan? Tuhan, apakah dia sanggup menyelamatkan dirinya sendiri? Tuhan, bila suatu saat cintaku itu pecah, dan rusak, apakah bisa diganti dengan yang lain? Tuhan, apakah jika telah diganti dengan yang baru, dia akan lebih sehat?
Tuhan
Tuhan
Tuhan
Tuhan
Tuhan
TUHAN, apakah Engkau mencintaiku?
Tuhan, sekali lagi, aku bukannya tidak mempercayaimu. Tuhan, bagaimana aku membedakannya? Yang baik dan buruk untukku, bila kotak 'perasaan'ku saja telah rusak?
Tuhan, aku tidak butuh jawabanmu untuk pertanyaanku. Tuhan, aku tahu Engkau begitu menyayangi kami, dari caramu memperlakukan kami, Engkau begitu memperhitungkan segala sesuatu, Engkau begitu teliti mengurus kami, Tuhan...
Aku ingin sekali mengirim surat padamu, bertanya padamu, apakah orangtuaku dapat kembali seperti dulu lagi?
Tuhan, apakah Engkau masih ingat, dulu aku pernah berdoa padaMu, Engkau boleh ambil apa saja dariku, asal Kau kembalikan mereka seperti dulu lagi. Tuhan, apakah sakitku ini bukan jawaban dari doaku? Tuhan, jika iya, maka kapan mereka akan berdamai? Tuhan, jika tidak, maka aku hanya punya satu harta di hidupku... Hartaku adalah napas yang Engkau tiupkan dalam ruh-ku. Tuhan, aku begitu mencintaimu, maaf apabila (memang) semua yang kulakukan selama ini membumu kesal. Tuhan, bukankah ridho Ibu dan Ayahku adalah ridhoMu? Tuhan, jika iya, mengapa mereka tidak peka dalam menuntun hamba?

Tuhan, apakah aku boleh mengirimkan surat ini?
Tuhan, Tuhan, Tuhan, aku begitu mencintai mereka... Apakah aku berlebihan, Tuhan?
Maafkan aku Tuhan... Apakah aku boleh berdamai denganMu? Maafkan aku Tuhan...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar