Sabtu, 06 Februari 2010

Dan kamu, memang bukan...

Bukan yang saya cari, bukan yang saya harapkan untuk menjadi Ayah dr anak-anakku nanti... Setidaknya setelah saya mengetahui beberapa hal. Kamu adalah manusia yang baik. Yang tidak pantas untuk saya beri ketidakpastian dan kebohongan. Dan saya, bukan orang yang gampang berbohong. Saya engga bisa bohong... Iya, saya pernah berharap sama kamu...
Saya pikir saya akan mendapatkannya sama kamu. Tapiii... Saya terus-menerus membohongi diri saya--denganmu--dari ketidakpastian ini. Saya pernah yakin, seyakin-yakinnya. Tapiii... Akhirnya saya melihatnya, dan saya bener2 engga bisa.

"Yang penting teteh sembuh dullu"
Okey, ini memang sangat mengganggu--paling--mungkin. Dan well, saya berusaha berpositif thinking untuk itu. Siapa juga yang mau punya pacar, isteri, menantu, yang penyakitan? Dan gabs sembuh. Makanya biar gue cepet sembuh, itulah motivasi yang mereka berikan. Ya, saya hargai. Dan saya pun sempat termotivasi untuk itu. Tapi kenyataan berkata lain. Itu justru semakin membunuh saya. Mungkin mereka hanya tahu sebagian, mereka tidak tahu sakit saya sebenarnya apa dan seperti apa sehingga bisa berkata demikian. Ini memberikan saya indikasi ketidakpastian itu lagi, bahwa saya tidak akan diterima jika saya tidak sembuh!---Okey itu menurut saya---
Dan saya engga bisa berada dilingkungan dengan kondisi 'bersyarat' saya sendiri mungkin akan merasa dikucilkan dan well, saya mungkin yang akan mengucilkan diri. Dan siapapun, makhluk hidup, kemungkinan untuk 'pergi dari tempat yg dianggapnya tidak nyaman' adalah 60% dibandingkan dia harus menerima kondisi bersyarat tesebut dengan segala kekurangannya dengan kemungkinan berevolusi. Seperti Jerapah, yang katanya dulu berleher pendek, dan karena keadaan memaksa--pohon2 tinggi--maka bentuk penyesuaiannya adalah leher panjangnya. Dan kenapa burung2 terbang ke selatan saat musim dingin? Karena mencari tempat yang lebih nyaman untuk bertelur dan mencari makan kan? Untuk hidup. Itulah yang saya lakukan. Saya tidak nyaman, dan saya engga bisa berusaha untuk menyesuaikan diri saya dengan kondisi. Egois? Bukan. Masa saya harus maksain diri saya buat sembuh, kalo emang gabs sembuh gimana? Dan perbedaan antara saya dengan si jerapah: kondisi saya tidak memaksa!
Dan mungkin saya akan menemukan tempat yang lebih baik...

Lalu ada pertanyaan: Kenapa engga ngasiih tau kalo kamu--selanjutnya isi sendiri--?
Terus apakah saya harus menjelaskan detail, panjang-lebar hanya untuk menjelaskan penyakit saya apa, keadaan saya sekarang kayak gimana, orangtua saya? Kenapa engga cari tau sendiri? Egois! Iya, okey untuk hal yang satu ini saya emang--sebut aja egois--gabs mentolelir sedikitpun kerusakan. Saya adalah perempuan. Saya akan menjadi isteri(amiin) dari laki-laki yang saya cintai, yang akan menanggung seluruh hidup saya nanti. Oleh karena itu, dia harus mengetahui saya luar dalam, dan setelah tau saya luar dalam, dia haruslah orang yang paling mengerti saya, setelah itu tentunya yang paling penting: dia haruslah orang yang dengan tangan terbuka mencintaiku apa adanya--dengan kondisi dimana saya akan menghancurkan pilar2 BOBOT,BIBIT,BEBET yang selalu saya bilang PERSETAN, karena jika itu patokannya, sudah jelas saya engga akan diterima jadi apa2. Udah jelas broken home, penyakitan, apa lagi? Egois? Oke--dan saya akan mengabdikan seluruh hidup saya untuknya. Catat: Seluruhnya! Saya engga mungkin memasrahkan diri saya, waktu saya, hidup saya dan seluruh pengabdian saya pada bakal-bakal yang masih menuntut saya untuk melakukan apa yang dia inginkan saat2 jadi temen deket atau pacaran, yang artinya tidak menerima sya se-saya-saya-nya. Iya, kalo menurut saya wajar aja kalo laki-laki harus 'gemis2' sama perempuan buat jadi pacar, selama pacaran, sampai tahap ijabkabul... Kenapa?
1.Kodratnya perempuan apa siih? Menjadi isteri, ibu... Mengasuh anak? Hamil dan melahirkan kan?
2.Kodratnya laki2 apa? Menghidupi anak-isterinya. Jadi pilar kokoh yang menopang hidup keluarganya kan?
Okey, sekarang... Bukan engga mungkin kan kalau perempuan bisa melakukan apa yang seharusnya dikerjakan oleh suaminya? Sedangkan laki2, bisakah dia melakukan apa yang seharusnya dilakukan perempuan? Udah jelas jawaban yang kedua adalah engga. (Dan teknologi pun mendukung pernyataan saya. Perempuan di jaman skr bisa hamil dg insemnasi buatan. tetep butuh sperma, but well, sperma dimana2 skrg uda gampang. Dia ttep bisa melakukannya dengan tubuhnya sndri, gapake tubuh oranglain utk melahirkan. Sedangkan laki2? Mau pny anak? Harus nyewa rahim perempuan yang harganya bisa ampe US $ 6 juta! yay!)
Oleh karena itu, wajarlah kalo laki2lah yang harus 'lebih memohon dan bersabar' buat menuju ke sana... Karena setelah menikah, seorang perempuan pasti akan mengabdikan seluruh hidupnya buat si laki-laki, yang padahal dia(Si perempuan)bisa punya kesempatan lain untuk memilih tidak hamil, melahirkan, mengejar karir, pendidikan tinggi dan pergaulan dengan teman2nya...
Balik lagi...
Dan lagi, kenapa saya engga ngasiih tau panjang detai, lebar kali tinggi luas dan menyeluruh...
Mengertilah karena itu hanya akan mengintimidasi ssya sebagai manusia. Saya hanya akan menjadi objek dalam sebuah cerita. Sedangkan sayalah cerita itu. Kembali lagi, kenapa engga cari tau sendiri? Tentang siapa saya? Tentang bagaimana cara saya menjalani kehidupan saya? Daripada saya yang harus cerita, lebih baik nanya. Saya lebih menyukai cara itu... Dan kalau saya engga mau cerita? Itu lain lagi ceritanya... Berarti kesalahan bukan pada diri anda. Tapi diri saya. Yang merasa tidak nyaman dengan diri anda. Lagipula yaa, kalau suatu saat pacar kamu(yg baca) bisu krn sesuatu hal, kecelakaan atau apa, dan gabs menjawab apa yang kamu tanyakan, atau ketika pacar kamu(yg baca) sakit parah, gabs denger gabs ngomong buat sekedar jawab pertanyaan kamu, masa kamu bakal diem aja nunggu dia bilang "pengen makan bubur" atau kamu tanyain "mau makan apa yang?" dan dia diem aja, lantas kamu juga hanya diem aja menunggu mukzizat sampe-sampe dia engga makan2 apa2 dan mati?! Engga kan?

Well, saya sering bilang sama diri saya sendiri kalo PERSETAN sama BIBIT,BEBET,BOBOT...
Jadi teringat cerita temen saya Udhy yang sekarang jadi mas'ul Fsmm undip, tentang cerita2 ta'arufan masnya di ugm dulu. Katanya dari cv yang lengkap-selengkap-lengkapnya-tentang keluarga sampai hal-hal kecil tentang ibunya yang pernah menderita apa yaaa(saya lupa) tuh diperhitungkan bgt. Dalam hati saya saat itu: Busettt kalo gue yg ada d cv itu, palingan baru baca riwayat pribadi gue aja yang kayak gini amburadulnya, langsung dilempar tuh cv gue! hohohohoho

Dan benarlah, saya sendiri engga mau memaksakan saya harus mendapatkan suami yang bla bla bla.. --yg kalo kata temen saya Iyoth: ya gue mah emang matre siih sama pacar. Ya masa iya aja ya kalo jalan, nonton gitu, bayar masiing2? Mendingan gue jalan ama temen2 gue, puguh lagi duit abis buat ngebayarin jajan sendiri. Yey, belom kawin aja udah pelit!(Maaf ya yoth, saya post curhatan kamu kemaren. hehehe)-- atau keluarganya harus bla bla bla... Engga lah, saya mah berkaca aja, segitu bagusnyakah diri saya sampai harus diistimewakan seperti itu? Sebaik apakah keluarga saya sampai saya harus mendapatkan laki2 dr keluarga kaya dan baik2? Saya hanya mengerucutkan, dan mengharuskan satu: lihat saya saja ketika kamu melamarku, gausah bawa2 ibu-bapak saya. Sayang yang bisa mengkover semuanya. Sayang yang sakral, yang tulus tanpa pamrih. Lagipula, sebaik-baik perempuan adalah yang maharnya tidak menyusahkan calon suaminya... haaasyah!

Lets see, siapa yang bisa menerima saya dengan tangan terbuka. Mengerti saya dengan tulus dan melamarku dengan hatinya karena 100% saya...
--Saya yang penyakitan, depresi, autis, egois, kekanak-anakan, dan berikutnya silakan isi sendiri--

Oke, saya harus masakin papah yg mendadak minta dibikinin sop telur buatan anaknya yang cantik! (Huekkks.) Dan posting berikutnya akan saya lanjutkan obrolan kita ini...
Buat mas albab: Cepet pulang, ana butuh cerita!
Buat eki: Ki, helna teu kenging uwih kaping sakitu...?
Buat farah: Sms aja kalo butuh temen. Gausah trll dihiraukan far. Wolez.. hee
Buat Opaey: Speechless deh gue. GUE KANGEN ELU. siall!

1 komentar:

  1. dan kita tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi ke depannya Teh..

    saya tidak, dan tidak akan pernah menganggap Teteh seperti itu.
    Teteh adalah Teteh.
    adanya Teteh, dan Teteh dengan pilihan hidup Teteh.
    dan sekali lagi, Aa hargai semuanya.
    Terima kasih.
    dan Maaf.

    BalasHapus