Jadi beberapa minggu yang lalu saya sudah menulis tentang judul posting ini. Tapi terkendala yudisium dan kebanyakan rapat PMB dengan temen2 himpunan... Hasilnya, baru saya sempat buka2 lagi setelah ada di bandung dengan waktu yang sangat luang! HAHAHAHA
Jadi saya sempat berpikir (dulu) bagaimana seseorang bisa membenci orang lainnya karena idealisme mereka. Mereka yang benci orang-orang yang suka mencontek karena mereka selalu jujur walaupun dengan nilai pas2an (termasuk saya!). Atau mereka yang terang-terangan mencibir kaum wanita yang kalo dandan ribet bgt sampe bikin ngaret janji... dan banyak lagi.
Bagi saya semua itu adalah hal yang sangat wajar. Saya sendiri seringkali melalkukan hal berpikiran negatif sama orang, contohnya saat si A yang udah janji pergi jam 9.00 malah ngaret hampir dua jam dengan alasan "gue nge-blow rambut dulu kali" its sucks! Atau temen cowok yang lagi PDKT dan ngajak kencan jam sekian, dia malah telat jemput, walaupun cuma 10 menit, BLACKLIST! Dan dengan masalah lain yang lebih prinsipil buat saya, tidur, makan dan sholat. Oh iya, tiga hal itu adalah hal yang paling gabisa di ganggu gugat ke sakralannya.. kenapa? Bagi saya Sholat, udah gaperlu dijelasin lagi kyaknya. Tidur dan makan, itu adalah dua hal di mana saya bisa dengan tenang dan nyaman melepaskan beban dalam sehari, seminggu bahkan sebulan! HAHA. Makan dan tidur ini adalah hadiah dari Tuhan atas apa yang sudah kita lakukan sebelumnya... Hadiah supaya tubuh kita menjadi rileks kembali, bertenaga kembali dan semangat kembali. Ini yang membuat sya geram bgt kalo sampe ada yang mengganggu saya tidur dan makan, let me say... Tidur dan makan, dengan kita melakukannya ikhlas dan sepenuh hati, tanpa kecurangan di sana, itu sudah suatu bentuk rasa syukur kita sama Tuhan, dengan menghargai (sangat) pemberian Nya...
Tiga hal tadi memang terkesan masih di awang-awang... Hal yang satu ini yang paling sering menimbulkan kontroversi, baik di kalangan mahasiswa intelek maupun organisator...
Sebagai mahasiswi yang lebih memilih sebagai mahasiswi organisator yang intelek, (lebayy!) saya tidak pernah memaksakan berapa IPK saya waktu lulus, dengan predikat apa sya lulus dan akan bekerja di mana setelah lulus. Saya sedang menjalaninya sekarang, bukan tanpa cita-cita, tapi lebih Nothing to lose! Karena saya masih suka labil dalam bertindak, bisa saja saya mematok itu, tapi prosesnya saya engga tahu jadinya bakalan kayak apa... Mkanya yg sya lakukan saat ini adalah berjuang dan berdoa saja semoga orang2 terdekat saya senang dan bahagia dengan hasil yang nanti saya capai, Insyaallah. Dan ngomong-ngomong masalah IPK... Ini adalah hal yang sudah tidak asing lagi menjadi HOTNEWS di kalangan mahasiswa, biasanya sampe perang segala gara-gara hal satu ini... Ada yang mematok cumlaude, ada yang biasa ajaa, ada yang seperti saya : ogah-ogahan! HAHAHA bercanda. Dan saya lebih senang menerima KHS dengan IPK 3,00 yang penting dengan IPK 3,00 itu saya punya nilai lebih yang engga dimiliki orang lain... Saya tidak pernah mencontek dan memakai masteran! YUHUUUU, silakan mengklaim lagi tapi pada kenyataannya memang begitu... IPK itu tidak berarti segalanya buat mahasiswa, meskipun penting tapi lebih penting lagi jika prosesnya adalah baik, proses yang tidak membohongi sesama. Tidak bohong pada diri sendiri, tidak bohong pada dosen-->nilai-->teman-teman--> orang tua dan ijazah kalian... Menjadi jujur itu mujur, kata Ibu Leslie, guru Kimia SMAN 1 Bandung!
Tapi walaupun begitu, tetap saja nilai itu harus diperjuangkan. Sebagai kaum akademisi, kita sebaiknya bersikap tangkas dan kritis dalam masalah ini. Dalam hitungan accounting yang sangat simpel sekalipun sangat mudah untuk menilai seberapa pantas nominal yang diberikan dosen atas usaha kita selama ini. Jika merasa seharusnya lebih baik, sebaiknya di diskusikan dengan dosen dan bukan berarti krn nothing to lose, maka yasudahlah! Carilah di mana kekurangan kita dan cobalah perbaiki di lain kesempatan. Jika memungkinkan, mengapa tidak mengulang, toh untuk sesuatu yang kita yankini pasti bisa itu adalah semacam pengorbanan kecil saja kan. Saya ngulang Geostatistika dua kali! Yang kedua masih C...!:((
Jangan ragu dan jangan bimbang, untuk menularkan agresi dan idealisme kita di lingkungan di manapun kita berada... Karena Soekarno pernah berpesan pada bangsa Indonesia agar " jadilah bangsa yang berprinsip, maka kau akan menang!" Prinsip itu adalah bagian kecil dari idealisme, tidak salah kan kalau di jaman sekarang masih ada yang anti nyontek dan anti copas?! Tidak salah juga di dunia ini jika masih ada yang me nomor sekiankan IPK tapi mengejar dengan sebaik-baiknya?! Sekali lagi, menjadi idealis bukanlah kriminal!
aduh geje, jadi lupa mau nulis apa... tobecontinue aja!
Tapi walaupun begitu, tetap saja nilai itu harus diperjuangkan. Sebagai kaum akademisi, kita sebaiknya bersikap tangkas dan kritis dalam masalah ini. Dalam hitungan accounting yang sangat simpel sekalipun sangat mudah untuk menilai seberapa pantas nominal yang diberikan dosen atas usaha kita selama ini. Jika merasa seharusnya lebih baik, sebaiknya di diskusikan dengan dosen dan bukan berarti krn nothing to lose, maka yasudahlah! Carilah di mana kekurangan kita dan cobalah perbaiki di lain kesempatan. Jika memungkinkan, mengapa tidak mengulang, toh untuk sesuatu yang kita yankini pasti bisa itu adalah semacam pengorbanan kecil saja kan. Saya ngulang Geostatistika dua kali! Yang kedua masih C...!:((
Jangan ragu dan jangan bimbang, untuk menularkan agresi dan idealisme kita di lingkungan di manapun kita berada... Karena Soekarno pernah berpesan pada bangsa Indonesia agar " jadilah bangsa yang berprinsip, maka kau akan menang!" Prinsip itu adalah bagian kecil dari idealisme, tidak salah kan kalau di jaman sekarang masih ada yang anti nyontek dan anti copas?! Tidak salah juga di dunia ini jika masih ada yang me nomor sekiankan IPK tapi mengejar dengan sebaik-baiknya?! Sekali lagi, menjadi idealis bukanlah kriminal!
aduh geje, jadi lupa mau nulis apa... tobecontinue aja!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar