Kapan terakhir kali kamu merasa ingin bunuh diri? Sebagian dari kamu mungkin tidak. Sebagian lain mungkin kemarin, seminggu lalu, tahun lalu. Saya? Belum memutuskan kapan.
Kemarin saya terima hasil lab yang sangat membuat saya kacau. Saya tidak ingin menyebutnya sebagai alasan mengapa saya menangis semalaman dan tidak mengerjakan tugas, dan tidak belajar untuk ujian Teknik Pemboran pagi ini, yaaaa tapi itulah kenyataannya.
Saya belum memutuskan saya kehilangan semangat atau tidak.
Ini adalah hasil test yang seharusnya menyatakan saya negatip menderita TB setelah dua test sebelumnya negatip. Dan seharusnya itu adalah kado ulangtahun saya ke 21 kemarin. Tapi saya belum memutuskan itu petaka atau kado.
Dan ini yang saya rasakan sekarang. Oh tidak ada yang saya rasakan!
Saya baik-baik saja, sayangnya bukan saya yang memutuskan saya baik-baik saja atau tidak. Saya merasa tidak bisa melihat dunia lebih berbeda lagi dari sebelumya.
Mereka masih tetap berwarna seperti biasa, pohon-pohon masih tertiup angin seperti bergoyang dan menari, sama saja. Ayam-ayam masih berkokok dan itu semua masih terlihat, terdengar, terasa sama di setiap pagi. Saya bahkan belum memutuskan apakah itu berbeda sekarang setelah kenyataan bahwa dalam satu preparat lab, bakteri Tuberculosis yang berkembang dalam sampel sputum saya ada sekitar 2000 dengan lima jenis obat andalan WHO yang kebal terhadapnya, yang dokter paru-paru terkenal se-Indonesia, yang menangani saya tidak percaya dengan hasil lab itu, yang beliau bilang kasus saya adalah 1 diantara 1000, in the world!
How can I?
Dan sayangnya, sampai sekarang saya belum memutuskan saya sudah sampai tahap putus asa atau belum.
Dunia di mata saya masih seperti itu. Seperti cara saya yang selalu membuanya terlihat berbeda di mata saya...
Tuhan, saya selalu mendambakan saya melihatnya berbeda setiap hari. Engaku mengabulkannya... Setiap hari buatan-Mu tampak begitu memesona di mata yang Engkau berikan ini. Setiap pagi adalah semangatku dalam menjalani hidup. Setiap hari adalah semagat yang meletup-letup untuk menjadi seorang yang selalu belajar, yang bisa berbagi dengan semua orang. Setiap hari adalah anugerah!
Sampai sekarang saya belum memutuskan untuk tidak mensyukuri itu sepanjang waktu.
Tuhan, this is my note. Saya bukan penderita cancer, semoga tidak, tapi saya berhak menulis surat juga untukMu kan, Tuhan?
Andai saja Engkau selalu tau isi hatiku, dan memang Engkau Yang Maha Tau... Aku jarang pernah meminta sembuh padaMu, aku memintaMu memberiku kekuatan lebih, seperti dulu, yang kuminta saat aku menangis setiap malam untuk mama papa. Tuhan aku tidak mau yang lebih sekarang, aku tidak mau menjadi cantik, aku tidak ingin menjadi pintar, tapi aku sakit. Sakit paru-paruku dan sakit jiwaku. Tuhan aku hanya ingin lebih kuat lagi... lebih lagi, lebiiiiiihhhhhhhh kuat lagi dari sebelum ini, Tuhan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar