Bukan hantu, seperti pocong, seperti tuyul atau mbak kun. Ini hantu masa depan. Seperti masa depan saya seperti apa. Saya ingin seperti apa, dsb.
Yap! Dosen saya yang paling nyentrik itu berkata: "Daripada kamu jadi buruh di negeri sendiri, lebih baik kamu mengerjakan hobimu yang walaupun sedikit uangnya, tapi tidak membuat negeri ini semakin miskin." And that's sound me, a lot!
Mengerti apa maksudnya? Dia bukan menilai rendah atau meng-under estimate mahasiswanya yang berlomba-lomba untuk mendapatkan pekerjaan yang prestige di Oil company dan perusahaan Tambang terkemuka di Indonesia, dia hanya mendidik mahasiswanya untuk tetap menjadi Indonesian. Iya, kadang pemuda sekarang sering melihatnya hanya sebagai kita 'bangga' menjadi Indonesian saat hari kemerdekaan kita turut serta menjadi panitia lomba, untuk menyanyikan lagu Indonesia Raya saat pembukaan Seminar nasional, saat pembacaan hasil yudisium saat upacara wisuda, saat mereka dilepas untuk mencari pekerjaan yang merupakan tahap berikutnya dari proses yang dinamakan 'sekolah' mereka akan berlomba-lomba untuk menunjukkan bahwa mereka bukan SDM yang dalam ranking 'biasa aja' sebisa mungkin lulusan geologi (fresh graduated) sekarang mencari gaji di atas 6 juta perbulan, atau apes-apesnya 4,5 juta sudah alhamdulillah, berbeda untuk yang memilih menjadi pegawai negeri, cukup dengan golongan pertamanya 2,5 juta itu adalah harga standar.
Bagi mereka denga IPK cumlaude atau yang mendekatinya dengan CV penuh dengan peringkat lomba, jabatan di organisasi saat kuliah dan training dengan sertifikat segudang yang dilengkapi test toefl lebih dari 550 telah terbuka jalan untuk perusahaan-perusahaan yang katanya tempatnya 'SDM2 yang terpilih' apalagi kalau bukan Oil company. Di Indonesia sendiri ada banyak bertebaran, kantor pusatnya kebanyakan di Jakarta sana, jadi ketika sudah KP dan TA di Oil company itu sudah suatu prestige tersendiri buat mahasiswa geologi. Mereka memenuhi persyaratan akademis, persyaratan kompetitif sudah jelas, mereka berhasil mengalahkan ratusan bahkan ribuan pendaftar lainnya di tahun yang sama. Tapi apakah itu yang dinamakan SDM terpilih? Bagi kamu mungkin iya. Bagi saya tidak juga.
Hey anak-anak Indonesia, pemuda-pemuda Indonesia!!! Dimulai dari SD, SMP, SMA dan Kuliah, ada 20-30% dari keseluran biaya yang orangtua kalian bayarkan adalah subsidi dari pemerintah.
Saya tidak akan tega dan tebal muka untuk terang-terangan berkata: Seharusnya setelah lulus kalian akan mengabdi dulu untuk Indonesia, lantas kalian membuat negeri ini tidak menjadi buruh dari perusahaan-perusahaan swasta yang kebanyakan berasal dari luar negeri itu, kalian adalah harapan ibu-ibu petani, bapak-bapak nelayan, anak-anak dijalanan yang tidak pernah merasakan sekolah, yang tidak pernah merasakan apa itu organisasi di OSIS, BEM Universitas, karena kalian adalah harapan mereka!
Dalam sekolahmu, dalam belajarmu, ada sebagian hak mereka yang kalian pergunakan untuk memperbesar peluang saat kalian lulus masuk SMP favorit, lulus SNMPTN di Universitas terkemuka, ada berjuta remaja Indonesia yang putus sekolah saat itu karena orang tua mereka tidak mampu membayar biaya pendidikan di Swasta meskipun Negeri pun sekarang sudah mahal setinggi langit.
Dalam belajar kalian, tergantung harapan mereka.
Itu hantu masa depanku!
Mau jadi apa aku kelak kalau sampai sekarang aku adalah mahasiswi yang malas-malasan belajar dan masih menunda-nunda mencari kesempatan belajar lainnya?! Mau jadi apa adik-adikku yang ada di jalanan, mengamen, mengaso dan bahkan meminta-minta?! Bagaimana harapan ibu-ibuku yang lain, petani, nelayan, penjual jamu gendong agar anak-anaknya bisa memperbaiki masa depan keluarga mereka?!
Mau jadi apa negeri ini bila pemudanya lebih memilih menjadi budak di negeri sendiri?!