Kenapa saya memilih untuk publish tulisan ini duluan dibanding file-file docx yang udah numpuk di folder siap publish? Bermula ketika saya iseng buka twitter, setelah seminggu lamanya, dan mendapati bahwa SEDIH itu adalah saat gak sengaja buka timeline DIA dan mendapati DIA dengan DIRINYA yang sepertinya pernah menjadi sepintas perbincangan kami, dulu.
Apa mau dikata, saat ini saya adalah bukan apa-apa.
Apa mau dikata, mungkin saya terlalu polos.
Terlalu polos untuk berpikir bahwa pacar tidak akan marah ketika kita berhubungan baik dengan mantan-mantan kita. Bahwa pacar akan baik-baik saja ketika salah satu mantan menjadi kakak sekaligus sahabat terbaiknya. Saya terlalu naif untuk berpikir bahwa dia baik-baik saja saat itu. Justru itu yang saya harapkan... Dia baik-baik saja.
Dan saya mulai berpikir terbalik, bagaimana jika saya di posisinya? Apakah saya akan sabar dan ikhlas menunggu pacar saya yang belajar jauh di sana, tanpa penjagaan, dengan komunikasi terbatas (saya gapunya BB), kondisi dekat dengan mantan pacar dan mimpi pacar saya yang teramat tinggi untuk mengejar double degree dengan skripsi bilingual dan target menjadi peneliti, apakah saya sekuat itu? Mungkin ya, mungkin tidak.
Dalam kasus ini, saya memilih tidak. Karena kenyataannya dia memang tidak sanggup... Menungguku hingga aku benar-benar bisa memberikan diriku untuk nya. Sampai aku selesai dengan semua ego ku.
Akhirnya tepat 3 minggu yang lalu dia mengirim pesan singkat yang berisi
"maaf karena mungkin gabs nepatin janji yang dulu, dan gakan bisa kya dulu lagi. Tapi silaturahmi harus ttep dijaga"
dan saya terlalu polos untuk langsung menyadari sesuatu. Hey! Aku kenal kamu gak sehari-dua hari. Hampir 7 tahun, dan kamu gak pernah sama dengan laki-laki manapun yang dekat dengan saya. Bagiku itu adalah kalimat penghalus untuk bilang: "saya mau jadian sama cewek lain, sorry!"
Tepat setelah itu, dunia saya berhenti berputar. Sedetik, dua detik, tiga detik............
Tanganku kaku untuk mengetik sms balasan.
Dengan apa aku haris membalas? Marah, sedih, bohong, jujur, inocent? Saya memilih jalan terakhir, adanya apa. "Ana bahagia asal kamu bahagia, by this message i am no longer waiting for u. But then u has to know that i love u, as a simple basic thing i always do."
Beberapa hari yang lalu, saya sempat sms dia meminta maaf karena lancang bilang kangen. But that's sound realy me. I miss him so much, in my very soul i shout out his name loudly.
Dan saya sadar, se-sadar-sadarnya, detik itu, hari itu, saat saya berkata "Ana bahagia asal kamu bahagia..." adalah kebohongan besar. Bahagia ketika orang yang kamu sayangi bersama orang lain adalah BULSHIT!
Dan "I am no longer waiting for u" hanyalah kata penyemangat agar kamu gak goyah dengan pilihanmu. Agar kamu semakin yakin dengan apa yang kamu pilih, nona manis yang sangat beruntung :)
I saw your picture in her timeline, you both cute! Hehe
Ha..Bukankah semua orang adalah pembohong bagi dirinya sendiri. Kejujuran adalah kemuliaan. dan aku yakin hanya kejujuran satu2nya kebenaran yang aku ngerti, meskipun itu susah.
BalasHapusAku selalu bilang "dulu tanpamu aku bisa, sekarang tanpamu juga akan sama saja" itu pun hanya kalimat penghibur. aku gak bisa bohong rindu dia saat ini, tapi aku gak bisa jujur saat dia disampingku dulu..lalu apalagi..sudah lewat..sekarang aku hanya punya satu jalan mencoba ikhlas dengan bersabar..mungkin aku bisa bahagia melihatnya bahagia..