Yang dulu baik sekarang bisa terlihat sangat buruk.
Apakah harus hidup dengan jalan sufi, agar tidak disakiti dan menyakiti?
Saya sering berpikir A-Z dan yang saya dapatkan hanya pertanyaan-pertanyaan yang bukannya bisa dijawab, melainkan mereka menjadi integral, mengakar dan tidak bisa disederhanakan dengan hukum matematika manapun. Pertanyaan induk itu: mengapa manusia harus berhubungan satu dengan lainnya, menimbulkan konflik, cinta dan permusuhan kalau ujung-ujungnya kita hanya hidup di dunia sebentar saja?
Anak dari pertanyaan itu bisa sangat banyak...
Saya tidak ingin menjadi manusia yang berpikiran kaku. Ini berlaku untuk hubungan apa saja. Dan saya semakin tidak paham, kadang do'a, sedekah dan sholat pun tidak cukup baik untuk memperlakukan sesama manusia sebaik mungkin. Iya kah?
Saya merasakannya. Dan saya semakin tidak rela kalau hubungan baik antar manusia itu dirusak hanya oleh pemikiran-pemikiran yang berlandaskan atas kesimpulan sendiri dan beberpa orang. Menurut Sigmund Freud, manusia tidak memilkiki kewajiban dan apalagi hak, dalam menilai dan memutuskan perkara sekecil apapun atas manusia lainnya, sekalipun orangtua terhadap anak. Sigmund Freud memang bukan Rasul, tapi ajarannya sangat mengilhami saya. Seperti kata Rasulullah, SAW "Jatuh cintalah atas kebaikan sesama kaummu, karena Allah"
Karena hanya kepada Allah-lah kita harus mengadu, kepada umat manusia lainnya adalah berusaha mendapatkan jalan keluar terhadap kesulitan yang sekarang dijalani.
Untuk hal yang satu ini saya sependapat dengan Freud, dan untuk lebih menelitii ke dalam diri sendiri, jangan terlalu sering meneliti oranglain karena iri hati adalah bisikan syetan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar