Minggu, 23 Juni 2013

Ada apa dengan Oil company dan mantan saya?

Ini agak aneh juga, saya baru sadar sekarang-sekarang sih setelah tadi di TPS ketemu salah satunya... Ada apa???
Engga bisa dibilang mantan sih, karena dulu emang cuma suka-sukaan aja pas SD dan ngaji sore... Ada sekitar dua cowok yang dulu pernah suka-sukaan sama saya (seputar dia ngasih oreo pas pulang ngaji atau kalo ngaji ada satu yang lain lagi maunya duduk di belakang saya dan ngasih surat terus, anak kecil  lah biasaaaaaa) sekarang lagi kerja di Hallib**ton, dan satu lagi yang dulu pernah kerja di sana. Ada juga anak Mesin Undip yang beberapa tahun lalu pernah naksir saya, sekarang kerja di T*tal Oil Company. Kenapa semua cowok yang pernah suka-sukaan sama saya kerjanya atau pernah kerja di Oil Company? Padahal mereka bukan dari kalangan Geologi atau Geofisika atau Perminyakan yang bersentuhan langsung dengan minyaknya, maksud saya, mantanku yang anak Geologi malah belum ada yang jebol di Oil Company (yaelah, cuma tiga orang kan mantanmu na!). Oke, my officialy ex-boyfriend siapa lagi yang akan masuk Oil Company abis ini????

Kamis, 20 Juni 2013

Haloooo blogspot!

Haloooo blogspot!
Udah sekian bulan semenjak lulus saya malah sering ngelupain masa-masa indah kita saat saya galau skripsi dan segala macem perewangannya yaaa? Maafkan akuuu u u u u.
Anyway, kegiatan saya nggak banyak berubah semenjak lulus. Yang paling keliatan sih saya jadi orang Bandung lagi, dan lebih banyak berbahasa sunda karena lebih sering ketemu temen-temen SMP dan SMA yang emang sunda pisan. Omong-omong tentang kegiatan, sekarang saya jadi sering banget ngerjain soal matematika (nggak salah baca kok!) olah raga otak supaya menjelang test TPA dan CPNS otak nya nggak beku-beku banget. Ngomongin tentang kebekuan otak, sekarang saya juga dilatih untuk menulis karya ilmiah yang baik lewat Bu Fitri yang memberikan stimulan supaya otak saya sesekali nulis paper dengan format yang baik dan benar (makasih yaa Bu hehe). Sekarang juga jadi lebih sering (dan intensif) ngikutin perkembangan berita Nusantara dari TV karena si Papah mulai habis sholat subuh pasti langsung nyetel berita bola, lanjut Tv On atau Tv Metromini... Olah raga badminton juga jadi kebiasaan lagi, merunut cerita bahwa Helna kecil dulu hampir-hampiran dimasukin PB Jaya **ya sama Mamahnya karena katanya, Helna kecil seneng banget main badminton. Nah, karena sekarang waktu saya udah lowong banget, jadilah nafsu si Mamah untuk menjadikanku atlet RT/RW Kelurahan muncul lagi. Kegiatan sehari - hari kayaknya belum lengkap kalo belum ngebahas soal ngepelin lantei rumah sampe ke kolong-kolong dapur, soal yang satu ini ada alasannya loh. Kucingku yang blesteran anggora-kampung itu beranak lagi, dan kelakuan bayi kucing umur sebulanan itu (amit-amit deh ya) lebih ngeselin dari anak kecil usia dua-tiga tahunan yang songong minta ampun, mereka pup sembarangan, pipis sembarangan, jadilah saya tumbal walaupun Mamah juga bantuin sih....
Skip tentang kelakuan anak-anak kucingku yang masih pada lugu itu. Omong-omong tentang lugu, nggak jauh sebelum saya wisuda sempat meyeruak obrolan tentang "What will I do after graduate?" dengan Mama dan Papa, saat itu dengan lugu saya bilang "Mas mau ngelamar, aku nikah ya?" Sontak, tanpa tedeng aling-aling Mama dan Papa mengubah jalur pembicaraan... Tapi saya masih kekeuh melanjutkan pembicaraan dengan tema pernikahan itu, karena saya punya refrensi lebaran lalu Papa pernah menawarkan tabungannya untuk saya lanjut sekolah atau menikah. Yang ada dalam pikiran saya saat itu adalah yang penting uang Papa tidak jatuh ke tangan istri dan anak lain (kalo ada) selain Mama, saya dan Mbak Vena. Singkat cerita, saya mendaftar program magister Teknik Geologi di ITB dan beberapa Universitas di Belanda (dengan mengharap beasiswa tentunya) karena SIM (Surat Izin Menikah) belum saya kantongi.

Semua orang punya alasannya sendiri-sendiri.
Entah dari dalam dirinya, atau dari lingkungannya, yang jelas setiap aksi selalu buah dari motivasi dan menurut hukum Newton III yang selalu saya yakini, setiap aksi selalu menghasilkan reaksi yang sama besarnya. Apapun yang saya pilih selama saya menjalani sisa-sisa masa kuliah dan akhirnya lulus, saya punya visi dan alasan yang jelas untuk pilihan saya itu. Contohnya, saya tidak melamar menjadi dosen karena saya sudah ditolak beberapa perusahaan, saya berniat mengikuti test CPNS bukan karena lamaran saya di kampus belum juga diproses sampai hari ini, atau saya ingin sekolah lagi bukan karena tidak ada kepastian kapan saya bisa dapat kerja. Semua orang punya alasannya sendiri-sendiri, tidak bisa kita generalisasi atau kita diferensiasi menurut pendapat kita masing-masing. Saya adalah sarjana geologi, kenapa saya tidak pernah tertarik dengan ECCUGM, karir expo-nya ITB atau perusahaan-perusahaan migas dan tambang dengan gaji menggiurkan, sejak saya SMA saya sudah menanamkan dalam pikiran dan hati saya bahwa saya bukan pekerja, kalaupun harus bekerja, saya ingin itu adalah guru atau peneliti yang bekerja untuk Indonesia (kok jadi sok nasionalis banget yaa! Hahaha).  Tapi kata Albab, saya adalah manusia paling sensitif di dunia dan anehnya sekitar 60% ke-sensitifan saya adalah benar. Semoga aja cita-cita saya juga benar, dalam arti terwujud yaaa, aamin.

I'am tired being outsider.
Saya ingin pikiran skeptis itu hilang dari diri saya, ingin rasa "plong" itu merambah sekujur tubuh saya. I'm affraid of being negative person, I often see the world againts me and my will but I know somehow I will be  very possitive. The only negative that I'm dying wanted in my live is negative in my sputum test...
Banyak anak-anak yang lebih tidak beruntung dari saya. Maksudnya, saya sudah sangat beruntung dari sejak lahir sampai sekarang, apalagi untuk bisa mencapai usia 20 yang harus kami bayar mahal. Manusia tetaplah manusia, ingin ini ingin itu banyak sekali. Sudah tercapai target yang pertama, lantas membuat yang baru, dan memang hidup harus terus seperti itu, kata Einstein. Besok saya akan melahirkan banyak anak,  membuat keluarga yang indah dengan Albab, dan berusaha supaya mereka jauh lebih beruntung dari saya... Tapi sebelum itu, saya harus menyelesaikan pendidikan magister saya, menikah, dan paling tidak, memberikan guratan-guratan senyum untuk Mama Papa sepanjang mereka hidup....